Hi, welcome!

Rabu, 05 September 2018

Menanggapi Kicauan Jojo dan Perspektif Pertemanan


Menanggapi twit Jojo Suherman ditulis pada tanggal 3 September 2018 yang sampai hari ini 5 September 2018 pukul 19.43 mendapat retweet sebanyak 27.7k dan like sebanyak 11.3k saya mengutip pada frasa inti dari twit Jojo berupa “...Lingkar kenalanku kuperlebar, dan lingkar pertemananku kupersempit”
Ada yang menarik dilihat dari hasil retweet, like, dan reply yang ada pada twit Jojo tersebut. Hampir sekian persen penduduk twitter Indonesia setuju, walau data yang saya berikan tidak kualitatif. Namun, jumlah tersebut (retweet, like, reply) sudah dapat menunjukkan kesetujuannya pada konten twit tersebut.
Jojo yang notabene merupakan salah satu artis cilik pada zamannya kini telah tumbuh, berkembang, dan hidup sebagai orang dewasa. Ia menyatakan kerisauan, mungkin tak sampai risau, tapi lebih menjurus kepada opini pribadinya. Dalam opininya tersebut saya sebagai netizen yang sedikit nyinyir, ya banyak dan sedikit relatif kan. Saya lebih memilih membela diri untuk memberi julukan pada diri saya ‘sedikit’ saja. 100% saya setuju dengan pernyataan atau opini Jojo tersebut. Saya ambil kutipan dari blog https://ciciarticle.wordpress.com/2017/11/11/type-dan-cara-persahabatan-seiring-usia/  pada fase ini mereka sudah menemukan jadi diri , setiap indivu sudah memulai memikirkan masa depan, mereka mulai berpikir arah tujuan hidupnya dan mulai memikirkan hal hal yang serius,” (fase ini=fase kuliah 19 tahun ke atas)
Sejujurnya saya merasakan apa yang Jojo juga rasakan. Saya mungkin juga banyak mengenal orang (banyak menurut saya kira-kira mungkin 1000 hehe), tetapi hanya sedikit atau bahkan tidak ada yang masuk dalam level teman, apalagi sahabat. Namun, saya nikmati hal tersebut sebagai dinamika dalam hidup. Ada atau bahkan banyak orang-orang yang tetap memiliki teman terbaiknya hingga sekarang bahkan hingga ia memiliki anak. Tapi juga ada yang sudah tidak memiliki teman lagi saat ia menginjak dewasa.
Selain teman, yang terpenting dalam hidup ini sebenarnya adalah lingkar kenalan yang luas. Lalu bagaimana kita bisa mengemas first impression yang bagus kepada rekan atau kenalan kita sehingga akan terjalin hubungan yang baik? Semua itu kembali kepada kita masing-masing. Rasa percaya diri yang tinggi, berani memulai dialog lebih dulu, dan memberi kesan pertama yang manis adalah suatu koentji. Dan banyak koentji lainnya sesuaikan dengan dirimu. Tak ada yang sulit asal kita mau berusaha! Ya sedikit mengeluh tak apa.
Dalam semua aspek kehidupan termasuk juga berteman, akan ada dua hal yang pasti terjadi yaitu berhasil melakukannya atau belum berhasil melakukannya. Karena masa depan tidak bisa kita prediksi jadi saya menggunakan kata belum daripada tidak.
Di sini saya ambil sample pengalaman saya ya misalkan saja ada sekelompok orang dari latar belakang yang berbeda berkumpul menjadi satu, mau tidak mau mereka harus saling bertegur sapa, minimal dengan mengenal hal-hal yang mendasar seperti nama, rumah asal, pendidikan, dll. Dalam sekelompok orang tersebut pasti akan terjadi dialog yang frekuensinya berbeda untuk setiap orang. Hal ini nanti yang akan mempengaruhi pemetaan perkenalan, pertemanan, atau bahkan persahabatan diantara mereka. Jadi, sekelompok orang tersebut sebenarnya tidak bisa digeneralisasikan bahwa mereka sama-sama memiliki hubungan dalam level yang sama, outputnya mungkin saja berbeda. Dan menurut pengalaman saya itu adalah benar terjadinya. Faktor yang mempengaruhi seperti sifat masing-masing orang, cara berkomunikasi masing-masing orang, dan selera atau kecocokan. Selera dan kecocokan ini memang sangat subjektif sekali banget. Huh.  Jika sekelompok orang itu ternyata memiliki rasa dan frekuensi yang sama, mereka bisa melaluinya bersama-sama. Tetapi jika tidak, mereka belum bisa melalui fase menuju kebersamaan.
Intinya dari semua hal tersebut adalah, hidup ini adalah suatu pilihan. Memiliki rekan, teman, atau sahabat itu juga pilihan. Jalani hidup ini dengan tak lupa menjalani hubungan dengan Tuhan dan manusiaNya dengan baik. Kembali ke twit Jojo—yang aku banget--, jika kita tak bisa memiliki teman setidaknya kita masih bisa menjalin hubungan baik dengan kenalan atau rekan. Karena sebagai makhluk sosial manusia tetap membutuhkan teman, membutuhkan komunikasi, membutuhkan untuk melanjutkan hidup. Paksa diri ini untuk selalu berusaha memberikan hal terbaik bagi sesama.


Salam.

Senin, 04 Juni 2018

Persamaan Jenis Saja’ (السجع) dalam Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia


Dalam hal ini bahasa Arab dan bahasa Indonesia memiliki pengartian yang berbeda terhadap kata saja’. Dalam bahasa Arab, saja’ merupakan salah satu bagian dari ilmu balaghah. Saja’ yang berarti adalah kesamaan huruf akhir pada dua fashilah atau susunan kalimat. Yang dimaksud fashilah bisa bait, ayat, kalimat, atau penggalan kalimat. Sedangkan dalam bahasa Indonesia, sajak dengan tambahan huruf ‘k’ adalah gubahan sastra yang sangat mementingkan keselarasan bunyi bahasa, baik kesepadanan bunyi, kekontrasan, maupun kesamaan (KBBI V).
Jenis-jenis saja’ dalam bahasa Arab ada tiga:
1.      Saja’ Mutharraf (السجع المطرف)
هُوَ مَا اخْتَلَفَتْ فَاصِلتاهُ فى الوَزْنِ وَاتَّفَقَتَا فِى الْحَرْفِ الْأخِرِ
Yaitu dua fasilah yang berbeda wazannya tapi sama huruf akhirnya.

ألم نجعل الأرض مهدًا, والجبال أوتادًا
Contoh seperti firman Allah SWT:
Artinya: “Bukankah kami telah menjadikan bumi sebagai hamparan, dan gunung-gunung sebagai pasak?” (An Naba’: 6-7)
Kata مهدًا beda wazan dengan أوتادًا tapi sama-sama diakhiri huruf “da”.
2.    Saja’ Mutawazi (السجع المتوازي)
مَا كَانَ الْإِتِّفَاقُ فِيْهِ فِى الْكَلِمَتَيْنِ الْاَخِرَ تَيْنِ فَقَطْ
yaitu saja’ yang terdapat kesesuaian pada kata terakhirnya saja. Kalau saja’ mutharraf yang sama adalah huruf terakhirnya saja, kalau saja’ mutawazi yang sama adalah kata terakhirnya.
Contoh:
حدائق وأعنبا, وكواعب أترابا
Artinya : “(yaitu) kebun-kebun dan buah anggur, gadis-gadis remaja yang sebaya. (An Naba’ 32-33)
Kata أعنبا dan أترابا terdapat keseimbangan dalam wazannya.
3.   Saja’ Murashsha’ (السجع المرصع)
مَا كَانَ فِيْهِأَلْفَاظ إِحْدَى فِقْرَتَيْنِ كُلُّهَا أَوْ أَكْثَرها مِثْل مَا يُقَابِلُهَامِنَ الْفِقْرَةِ الْأُخْرَى وزنا وتَقْفِيْتًا
yaitu saja’ yang seluruh atau sebagian besar lafadz-lafadzdari salah satu rangkaiannya semisal bandingannya dari rangkaian yang lainya dalam wazan dan kofiahnya.
Contoh:
والسماء ذات الجع, والأرض ذات الصدع
Artinya: “Demi langit yang mengandung hujan, dan bumi yang mempunyai tumbuh-tumbuhan.” (At Tariq: 11-12)
Keseimbangan kata dan wazan terdapat pada kata السماء dengan لأرض, kata ذات dengan ذات, kata الجع dengan الصدع.
وَإِذَا الْجِبَالُ سُيِّرَتْ، وَإِذَا الْعِشَارُ عُطِّلَتْ
Artinya: “dan apabila gunung-gunung dihancurkan, dan apabila unta-unta yang bunting ditinggalkan (tidak diperdulikan).” (QS. At-Takwir: 3-4).
Keseimbangannya terdapat pada kata (الْجِبَالُ) dengan (الْعِشَارُ), dan (سُيِّرَتْ) dengan (عُطِّلَتْ).

Sedangkan sajak dalam bahasa Indonesia dilihat dari segi bunyinya dibagi juga menjadi tiga, yaitu:
1.      Sajak Sempurna
Sebuah sajak dinamakan sajak sempurna apabila seluruh suku akhirnya berriama sama.
Misalnya:
pe-ti 
ha-ti
ra-kit
sa-kit
2.      Sajak Paruh
Sebuah sajak dinamakan sajak tidak sempurna apabila yang bersajak hanya sebagian suku akhirnya.
Misalnya:
ma-lang
ter-bang
pe-ri-gi
ha-ti
3.      Sajak Mutlak
Sebuah sajak dinamakan sajak Mutlak apabila seluruh kata bersajak.
Misalnya:
Mendatang-datang jua
kenangan lama lampau
Menghilang muncul jua
yang dulu sinau-silau
Perhatikan: Kata jua yang diulang dua kali pada tempat yang sama itu bersajak mutlak.

Pada dasarnya sajak dalam bahasa Arab dan sajak dalam bahasa Arab hampir sama, yaitu untuk menunjukkan persamaan kata di akhir suatu fasilah (baris). Jenis sajak yang sedikit mirip yaitu anta saja’ mutharraf dan sajak sempurna. Jenis ini sama-sama menunjukkan silabe di akhir kata yang sama.