Dalam hal ini bahasa Arab dan bahasa Indonesia memiliki pengartian
yang berbeda terhadap kata saja’. Dalam bahasa Arab, saja’ merupakan salah satu
bagian dari ilmu balaghah. Saja’ yang berarti adalah kesamaan huruf akhir pada dua fashilah atau susunan
kalimat. Yang dimaksud fashilah bisa bait, ayat, kalimat, atau penggalan
kalimat. Sedangkan dalam bahasa Indonesia, sajak dengan tambahan huruf ‘k’
adalah gubahan sastra yang sangat mementingkan keselarasan bunyi bahasa, baik
kesepadanan bunyi, kekontrasan, maupun kesamaan (KBBI V).
Jenis-jenis saja’ dalam bahasa Arab ada tiga:
1.
Saja’
Mutharraf (السجع المطرف)
هُوَ
مَا اخْتَلَفَتْ فَاصِلتاهُ فى الوَزْنِ وَاتَّفَقَتَا فِى الْحَرْفِ الْأخِرِ
Yaitu dua fasilah yang berbeda wazannya tapi sama
huruf akhirnya.
ألم نجعل الأرض مهدًا, والجبال أوتادًا
Contoh seperti firman Allah SWT:
Artinya: “Bukankah kami telah menjadikan bumi sebagai
hamparan, dan gunung-gunung sebagai pasak?” (An Naba’: 6-7)
Kata مهدًا
beda wazan dengan أوتادًا tapi sama-sama
diakhiri huruf “da”.
2. Saja’
Mutawazi (السجع المتوازي)
مَا
كَانَ الْإِتِّفَاقُ فِيْهِ فِى الْكَلِمَتَيْنِ الْاَخِرَ تَيْنِ فَقَطْ
yaitu
saja’ yang terdapat kesesuaian pada kata terakhirnya saja. Kalau saja’
mutharraf yang sama adalah huruf terakhirnya saja, kalau saja’ mutawazi yang
sama adalah kata terakhirnya.
Contoh:
حدائق وأعنبا, وكواعب أترابا
Artinya
: “(yaitu) kebun-kebun dan buah anggur, gadis-gadis remaja yang sebaya. (An
Naba’ 32-33)
Kata أعنبا dan أترابا terdapat
keseimbangan dalam wazannya.
3. Saja’ Murashsha’ (السجع المرصع)
مَا
كَانَ فِيْهِأَلْفَاظ إِحْدَى فِقْرَتَيْنِ كُلُّهَا أَوْ أَكْثَرها مِثْل مَا
يُقَابِلُهَامِنَ الْفِقْرَةِ الْأُخْرَى وزنا وتَقْفِيْتًا
yaitu
saja’ yang seluruh atau sebagian besar lafadz-lafadzdari salah satu
rangkaiannya semisal bandingannya dari rangkaian yang lainya dalam wazan dan
kofiahnya.
Contoh:
والسماء ذات الجع, والأرض ذات
الصدع
Artinya:
“Demi langit yang mengandung hujan, dan bumi yang mempunyai tumbuh-tumbuhan.”
(At Tariq: 11-12)
Keseimbangan
kata dan wazan terdapat pada kata السماء
dengan لأرض, kata ذات
dengan ذات, kata الجع
dengan الصدع.
وَإِذَا
الْجِبَالُ سُيِّرَتْ، وَإِذَا الْعِشَارُ عُطِّلَتْ
Artinya: “dan apabila gunung-gunung dihancurkan, dan
apabila unta-unta yang bunting ditinggalkan (tidak diperdulikan).” (QS.
At-Takwir: 3-4).
Keseimbangannya
terdapat pada kata (الْجِبَالُ) dengan (الْعِشَارُ), dan (سُيِّرَتْ)
dengan (عُطِّلَتْ).
Sedangkan
sajak dalam bahasa Indonesia dilihat dari segi bunyinya dibagi juga menjadi
tiga, yaitu:
1.
Sajak
Sempurna
Sebuah sajak dinamakan sajak sempurna apabila seluruh suku akhirnya berriama sama.
Misalnya:
pe-ti
ha-ti
ra-kit
sa-kit
Sebuah sajak dinamakan sajak sempurna apabila seluruh suku akhirnya berriama sama.
Misalnya:
pe-ti
ha-ti
ra-kit
sa-kit
2. Sajak Paruh
Sebuah sajak dinamakan sajak tidak sempurna apabila yang bersajak hanya sebagian suku akhirnya.
Misalnya:
ma-lang
ter-bang
pe-ri-gi
ha-ti
Sebuah sajak dinamakan sajak tidak sempurna apabila yang bersajak hanya sebagian suku akhirnya.
Misalnya:
ma-lang
ter-bang
pe-ri-gi
ha-ti
3. Sajak Mutlak
Sebuah sajak dinamakan sajak Mutlak apabila seluruh kata bersajak.
Misalnya:
Mendatang-datang jua
kenangan lama lampau
Menghilang muncul jua
yang dulu sinau-silau
Perhatikan: Kata jua yang diulang dua kali pada tempat yang sama itu bersajak mutlak.
Sebuah sajak dinamakan sajak Mutlak apabila seluruh kata bersajak.
Misalnya:
Mendatang-datang jua
kenangan lama lampau
Menghilang muncul jua
yang dulu sinau-silau
Perhatikan: Kata jua yang diulang dua kali pada tempat yang sama itu bersajak mutlak.
Pada dasarnya sajak dalam bahasa Arab dan sajak
dalam bahasa Arab hampir sama, yaitu untuk menunjukkan persamaan kata di akhir
suatu fasilah (baris). Jenis sajak yang sedikit mirip yaitu anta saja’
mutharraf dan sajak sempurna. Jenis ini sama-sama menunjukkan silabe di akhir
kata yang sama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar